- Back to Home »
- Cerpen »
- Kembalilah Seperti Setahun Lalu
Aku rindu tatapannya, aku rindu senyumnya, aku rindu
suaranya, aku merindukan semua tentangnya. Dia yang tak akan merindukan
ku, dia yang tak mengenalku. Aku hanyalah bagian ingatan yang telah
mati, yang tak kan mungkin untuk hidup kembali. Dia telah bahagia
bersama kehidupan barunya, kehidupan yang sebelumnya telah dilalui
bersamaku. Aku terlalu lelah menantinya, menanti sebuah keajaiban yang
dapat mengembalikan kenangan-kenangan yang membuat ku mampu bertahan
hingga setahun lamanya.Tuhan.. dapatkah aku menggenggam tanganya? Dapatkah aku memeluknya?
Mungkinkah aku dapat bersamanya seperti sediakala? Mustahil.. benar
benar mustahil, dia sudah melupakan ku, dia tak lagi mengenalku.
Sudahlah.. aku tak perlu menyesali semuanya, meski dia tak bersama ku,
dia masih bisa tersenyum. Mungkin aku hanyalah peran pendukung yang ada
di kehidupannya. Ya.. itu benar.
Saat ini dia berada di hadapanku, namun tak sekilas pun dia
melihatku. Aku hanya tersenyum melihat wajahnya, wajah yang dulu sering
menemaniku.
“hey.. kenalin, aku Adit..”
Aku sudah tau.
Dia menyapaku, dia berbicara dengan ku. Apa yang harus aku katakan?
Haruskah aku mengingatkannya kembali bahwa aku adalah orang yang dulu
selalu disampingnya, ataukah aku orang yang dicintainya? aku benar benar
bingung, bahkan aku tak dapat mengeluarkan suara ku, terasa kaku dan
beku.
“hey.. hey… aku Adit, kayaknya kita di kelas yang sama.. kalo boleh tau kamu siapa? Emm… lulusan sekolah mana?”
Aku melihat wajahnya lebih dekat lagi dengan ku, namun aku masih saja
tak dapat berbicara. Mungkin aku terlihat seperti gadis bodoh di
hadapannya. Entahlah.. aku memang gadis bodoh. Tak terasa tangan ku
meraih pundaknya dan memeluknya.
“aku memrindukan mu” ucapku samar-samar, namun tetap saja dia masih bisa mendengarku.
Aku tak peduli dengan posisiku saat ini, namun aku sedikit tenang karena
aku dapat berbicara dengannya, dapat memeluknya, meski tak sama seperti
dulu.
Beberapa menit kemudian aku tersadar, dan melepaskan pelukan ku. Dia
terlihat bingung, dan menatapku dengan tatapan yang penuh tanda tanya.
“apa kau mengenalku?” tanyanya dengan tatapan yang dulu pernah dia lakukan padaku.
Ya.. aku mengenal mu, sangat mengenalmu, Apakah kau tak bisa
mengingatku? Aku kekasih mu. Aku Vera, masih sama seperti Vera yang
dulu. Adit.. tolonglah..!! ingat aku meski hanya sekilas.
“ohh.. maaf. Aku tak mengenal mu..” jawabku dengan suara datar ku.
Tidakk.. bukan itu yang ingin aku katakan..
“gak.. sepertinya aku sangat mengenal mu, emmm kamuu….”
Ya.. ya.. ingat-ingat siapa aku, dan apa posisiku di kehidupanmu yang dulu.
“maaf, aku tak bisa mengingat namamu..”
“aku VE-RA.. V-E-R-A.” Aku sedikit memperjelas suaraku.
Tetap saja dia tak bisa mengingat ku, memang semua salah ku, jika saja
aku selalu di sampingnya, kejadian setahun lalu itu takkan terjadi..
maafin aku Dit.. memang tak sepantasnya kamu mengingat orang yang tak
terlalu memperhatikan mu, hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Ini salah
ku.
Dit, jika kamu tak bisa mengingat siapa aku, setidanya kamu ingat semua
janji yang pernah kamu ucapin dulu, gak akan pernah ninggalin aku dalam
hal apapun, gak akan pernah lupa sama kenangan-kengan yang pernah kita
lalui, gak akan pernah buat aku kecewa. Tapi sekarang semuanya malah
berlawanan, kamu ninggalin aku, kamu lupa semuanya, kamu yang sekarang
bukanlah kamu yang dulu. Memang seharusnya aku mengakhiri semuanya.
Karena Adit telah mati.. dan kamu bukanlah Adit. Mengapa aku baru
menyadari semuanya setelah aku terluka? Apakah kamu bisa merasakan apa
yang aku rasakan saat ini? Apakah kamu dapat mendengar suaraku ketika
kau di depanku?. Selamat tinggal Adit.
“Ya sudahlah jika kamu tak dapat mengingat ku tak kan jadi masalah
bagiku. Aku senang kamu ternyata kamu masih ingat sedikit tentang aku
meski kau tak tau apa itu, mungkin suatu saat nanti kau dapat mengingat
semuanya”
Aku berniat pergi meninggalkan Adit, namun di langkah pertamaku Adit menarik tangan ku, dan memeluk ku.
“ya… aku mengingat mu, sangat mengingat mu… mengapa kau tak mengatakan semuanya padaku?”
“aku mempunyai alasan tersendiri..”
Akhirnya.. aku sangat bahagia.. dan aku rasa aku adalah wanita yang
paing beruntung di dunia ini. Sangat, sangat dan sangatlah beruntung.
Ternyata aku bukanlah kenangan mati baginya, aku rasa dia menepati semua
janji yang telah dia katakan padaku. Aku akan selalu berada di
sampingnya dimanapun dia berada.
“apa kamu benar-benar mengingat ku?” tanyaku untuk memastikan lebih jelas lagi.
“aku mengingat mu..”
Terimakasih tuhan.. terimakasih atas takdir yang telah kau tulis untukku dan Adit, dan terimakasih telah menyadarkannya kembali.
Sepulang kuliah aku langsung melihat kenangan-kenangan bersama adit,
yaitu fotoku bersamanya. Ketika dia memelukku, ketika dia menciumku,
ketika dia mencubit pipiku, semuanya begitu jelas disini, semuanya
begitu indah dan tak mungkin aku lupakan. Aku ingin mengulangnya kembali
bersama nya. Aku rasa Adit masih belum sepenuhnya ingat masalalunya
bersamaku, dan mungkin jika aku menunjukkan sedikit pecahan ingatannya
dia akan menyadari segalanya. Ya..!!! aku harus menunjukkan ini semua
padanya.
Aku menunggunya di depan gerbang sepulang kuliah utuk menunjukan foto
tentang aku dan dia. Sebelumnya aku sudah mengirim pesan padanya,
entahlah dia akan datang atau tidak. Tapi aku yakin dia akan datang, dia
pasti datang.
Beberapa menit kemudian dia datang bersama seorang gadis yang
menurutku dia manis, mungkin dia temennya atau apalah. Adit mulai
mendekatiku dengan senyuman yang aku suka, namun setelah dia berhadapan
denganku dia memperkenalkan gadis yang bersamanya.
“Ver, kenalin, ini Gita.”
Aku tersenyum pada gadis itu kemudian aku menyebutkan namaku.
“aku Vera.”
“owh ya, Adit cerita banyak tentang kamu.. katanya kamu temannya yang baru dia ingat.. dulu kamu satu SMP kan sama dia?”
Apa? Teman? Apakah Adit mengingatku hanya sebatas teman?, dia tak
mengingat ku ketika aku SMA, dia hanya mengingatku saat aku menjadi
temannya, bukan kekasihnya. Lalu wanita ini siapa?
“oh.. ya.. kalau boleh tau, apa hubungan mu dengan Adit.”
“Adit belum ceita sama kamu? Dasar Adit. Dia itu pacarku..” ucapnya dengan senyuman manisnya.
Setelah aku mendengar kata “pacar” badan ku terasa lemas, aku rasa aku
tak bisa menahan air mataku, dan aku menjatuhkan kotak yang berisi album
photo.
“Dit jaga dia ya.. jangan biarkan dia kesepian, jangan pernah tinggalkan dia dalam hal apapun, sayangi dia selalu.”
Aku mulai menjauh dari mereka berdua, bahkan aku lupa tak membawa
kotak yang aku jatuhkan. Aku rasa mereka bahagia, aku rasa aku hanya
menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Aku memutuskan untuk
melupakan adit. Aku bukanlah gadis paling beruntung di dunia, tetapi aku
gadis termalang di dunia. Apa yang akan aku lakukan tanpanya, tanpa dia
di sisiku? Selamat tinggal dunia lamaku, selamat datang dunia baruku.
Cerpen Karangan: Iesma