Posted by : Unknown Selasa, 02 Desember 2014


Orang yang “sok” pintar adalah orang yang merasa diri pintar tetapi sebenarnya tidak pintar. Dalam fabel China orang seperti ini digambarkan seperti seekor keledai yang mengangkut patung-patung dewa menuju ke kuil. Dalam perjalanan, banyak orang menghormati patung-patung itu sambil tunduk dan membungkukkan badan. Namun keledai yang sok itu berkata, “Lihat, mereka tunduk, menyembah dan menghormati aku”. Keledai itu “merasa” dirinya dihormati, tetapi sebenarnya ia tidak dihormati.

Salah satu ciri orang yang “sok” pintar adalah berpikir rumit dan berbelit-belit. Ciri yang lain adalah tidak mau belajar dari orang lain. Ia menganggap dirinya “paling” pintar. Sedangkan orang pintar adalah orang yang betul-betul pintar. Ia memang berpikir teoritis yang rumit, detail dan terperinci, tetapi karena ia memang betul-betul pintar (bukan sok pintar) ia mampu menjelaskannya dengan sederhana dan dengan bahasa yang mudah dipahami.

DALAM kehidupan sehari-hari kadang-kadang kita menemukan orang yang berbicaranya seolah-olah tahu benar atau mengerti benar tentang apa yang kita bicarakan atau apa yang kita tulis dalam bentuk surat pembaca, artikel buku atau apapun yang merupakan manifestasi daripada pendapat kita. Itulah kesan dan pengalaman yang dapatkan penulis selama menjadi penulis surat pembaca, artikel, buku atau karya-karya tulis dalam bentuk lainnya. Bahkan apa yang kita katakan kadang-kadang juga dipersepsikan dan ditanggapi secara berbeda dan menyimpang daripada hakekat maksud yang sesungguhnya. Bahasa lisan atau tertulis yang kita lakukan, akan dipersepsikan salah oleh orang yang ilmunya sedikit.

Apakah semua orang yang ilmunya sedikit pasti merasa lebih pandai?


Tentunya tidak semuanya. Ada orang yang ilmunya sedikit dan menyadari bahwa ilmunya sedikit, justru mempunyai kesadaran untuk bertanya tentang hal-hal yang dia kurang pahami. Namun abanyak juga orang yang imunya sedikit tetapi merasa mengetahui sesuatu hal secara mendalam atau bahkan merasa mengetahui berbagai hal atau semua hal, padahal apa yang dikatakan hanya berdasarkan perkiraan dan tidak berdasarkan pengetahuan yang relevan yang dia miliki.

Apa yang dimaksud ilmunya sedikit?


Yang dimaksud yaitu ilmu yang dimilikinya hanya satu bidang tertentu saja. Misalnya bidang ilmu ekonomi saja, ilmu politik saja, jurnalistik saja, matematika saja, filsafat saja, psikologi saja dan ilmu-ilmu lainnya. Bisa saja dia juga secara otodidak juga membaca buku-buku di luar ilmunya, tetapi bisa saja cara memahaminya atau cara mempersepsikannya keliru sehingga apa yang dikatakannya juga keliru.

Apa yang dimaksud dengan pandai?


Sejauh menyangkut pengertian atau definisi, memang sangat relatif sifatnya. Namun yang dimaksud pandai pada umumnya adalah orang yang menguasai sebuah ilmu pengetahuan, bisa menerapkannya dengan baik dan bisa menemukan solusi yang baik disertai penalaran yang baik. Jadi ada unsur penguasaan ilmu, penerapan ilmu, solusi dan penalaran sehingga apa yang dikatakan dan dilakukan ada alasannya yang rasional.

Kenapa ada orang yang berlaku demikian?


Memang ada orang yang demikian yang biasa disebut dengan istilah “snob”. Yaitu sikap sok. Ada banyak macam sok. Dalam hal ini sok tahu, sok mengerti dan sok pintar. Penyebabnya bisa macam-macam Antara lain, malu kalau dianggap tidak tahu, ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa dia tahu dan mengerti (padahall sesungguhnya tahunya hanya sedikit bahkan samasekali tidak tahu), ingin dianggap hebat, takut dianggap bodoh, ingin mengalahkan lawan bicaranya dan yang lebih parah adalah ingin menyakiti hati lawan bicaranya. Memang ada orang-orang tertentu yang mempunyai perangai demikian.

Kecenderungannya pendapatnya ingin diketahui banyak orang


Biasanya, orang yang demikian, bicaranya harus didengar orang lain. Atau jika merupakan tulisan, maka diharapkan pendapatnya dibaca orang lain. Dengan demikian dia akan memperoleh kepuasan psikologis (yang semu).

Beberapa contoh

1.Kalau kita cermati komen-komen di blog,website facebook yang tidak terkontrol, tidak terfilter oleh admin, maka dia akan menulis komen-komennya seenak sendirinya yang kadang-kadang dia tidak tahu sedang berbicara dengan siapa dan seringkali mengabaikan faktor etika, kesopanan dan bahkan perasaan orang lain. Dia merasa “superior”, merasa lebih pandai daripada orang yang dikomentarinya.

2.Tidak menguasai ilmu logika tetapi mengritik artikel tentang ilmu logika. Tidak faham psikologi tetapi mengritik artikel psikologi, tidak menguasai ilmu ekonomi tetapi mengritik artikel tentang ekonomi dan seterusnya.

3.Mengomentari hasil karya seseorang yang sesungguhnya dia tidak memahami latar belakangnya, maksudnya, alasannya maupun tujuan-tujuannya. Misalnya, ada seseorang membuat motor bertenaga surya, maka dia yang tidak faham hal-hal yang berhubungan dengan tenaga surya atau solar cell akan mengritik karya tersebut seolah-olah faham betul dengan teknologi tenaga surya. Padahal, pendapat-pendapatnya hanya berdasarkan perkiraan saja. Hanya seolah-olah tahu dan mengerti.

4.Kalau dia berhadapan dengan hal-hal yang dianggapnya tidak lazim, maka itu akan dianggapnya salah dan bahkan ditertawakannya. Misalnya ketika Wright Brother akan menguji coba pesawat terbang ciptannya, maka beberapa orang temannya yang tidak faham soal iitu, menertawakannya. Katanya, mana mungkin benda yang berat bisa terbang.

5.Suka mengritik dan mencela, tetapi dia sendiri tidak punya karya apa-apa. Pengalaman dan pengamatan penulis, orang yang suka mengritik an mencela karya seseorang , ternyata tidak mempunyai karya apapun.Kalaupun punya, hanya biasa-biasa saja. Itupun mungkin jumlahnya hanya satu dua saja. Dan belum tentu karyanya berkualitas. Apalagi, biasanya tidak pernah mendapatkan penghargan ataupun award dari lembaga yang terpercaya.

Snob dan sirik


Pada umumnya, orang yang snob juga sekaligus memiliki sikap sirik. Yaitu, selalu punya perasan tidak suka terhadap apa yang dikatakan, ditulis, dilakukan atau dimiliki orang lain. Pikirannya selalu negative thinking dan suka mencela. Dan selalu dia merasa lebih superior daripada orang lain.
Faktor kejiwaan dan pola berpikir

Pada umumnya, orang demikian ada sediikit mengalami masalah kejiwaan. Bisa karena galau, stres, tekanan psikologis atau bahkan bisa jadi karena mengalami kelainan kepribadian. Bisa juga karena cara berpikir atau cara berlogikanya yang keliru dan kekeliruan itu terus berlangsung. Atau, merupakan kebiasaan buruk yang tidak pernah disadarinya.
Enggan bertanya

Ciri lain yaitu dia enggan bertanya. Baginya, bertanya sama saja menunjukkan kebodohan. Oleh karena itu dia enggan bertanya walaupun dia sebenarnya tidak tahu. Supaya tidak dianggap bodoh, maka diapun berbicara atau menulis seolah-olah dia tahu. Padahal, bagi orang yang ilmunya banyak atau wawasan berpikirnya luas, tentu tahu bahwa apa yang dikatakan atau ditulus dia (orang lain) itu keliru.
Enggan menghargai orang lain

Konsekuesinya adalah, dia tidak bisa menghargai pendapat maupun karya orang lain. Kalaupun toh menghargai, itu hanya merupakan basa-basi saja supaya dia dianggap bisa menghargai orang lain. Padahal, di samping menghargai, dia lebih banyak tidak menghargai. Hal-hal yang dianggap dianggapnya tidak lazim seringkali dianggapnya salah. Bahkan punya kecenderungan “menggurui” orang lain. Cenderung memaksakan pendapatnya atau suka “ngeyel” tanpa penalaran yang masuk akal.
Apakah bisa “disembuhkan”?

Tergantung dia sendiri. Kalau mau banyak baca-baca buku-buku ilmu pengetahuan, mau bertanya kalau tidak mengerti, terbuka terhadap pendapat orang lain, mau berusaha berpikir atau berlogika secara benar, mau mengakui ketidaktahuannya, bersikap low profile atau mau merendahkan diri, maka pastilah dia akan mengalami perubahan yang positif. Begitu pula sebaliknya.

Cara Menghadapi Orang Sok Pintar :


1. Biarkan si Sok Pintar itu Berbicara semaunya dan jadilah Pendengar yang baik untuknya
2. Berikan Sedikit Pertanyaan Untuknya Agar Dia Bercerita Banyak Tentang Apa yang Ia Ketahui
3. Jangan Pernah Potong Pembicaraannya Yang Akan Mengakibatkan Saling Adu Argument
4. Tetap Tenang, Sabar dan Terus Berusaha Mencari Kelemahan Pembicaraannya
5. Berikan Penjelasan Dengan Fakta bukan “katanya”
6. Biarkan Si Sok Pintar Menyadari Sendiri Kekeliruannya Jangan berusaha kita Sadarkan


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © The story - liuzh cules - Powered by Blogger - Designed by liuzh cules -