Posted by : Unknown Minggu, 07 Desember 2014

Berhubungan dengan tulisan tersebut, dalam tulisan singkat ini, saya hanya akan fokus pada salah satu tendensi berkomentar. Saya hanya akan fokus pada salah satu cara berkomentar yang menurut saya perlu mendapat perhatian bersama sebagai pembelajaran.

Cara berkomentar yang menarik perhatian saya untuk dievaluasi adalah cara berkomentar dengan sekadar melontarkan klaim atau memberi label negatif terhadap tulisan tersebut tanpa argumen sama sekali: “tidak bermutu”, “tidak mendalami apa yang ditulis”, dll.

Siapa saja tentu berhak membuat klaim, entah itu bernada korektif/negatif atau bernada apresiatif. Silakan saja. Tetapi, sekadar melontarkan klaim tanpa alasan (argumen), merupakan cara berkomentar yang seharusnya dihindari.

Pertama, cara berkomentar yang demikian cenderung menstimulasi diskusi ke arah yang tidak konstruktif, khususnya bila lontaran klaim itu bernada negatif. Tidak konstruktif, karena kepada penulis tidak diberitahukan mengenai alasan atau dasar dari klaim tersebut. Dengan kata lain, berkomentar yang isinya semata-mata klaim negatif merupakan komentar yang ambigu. Dan kita tahu bersama, bahwa sesuatu yang ambigu sangat berpotensi memprovokasi balasan komentar yang tidak konstruktif. Dan karena tidak konstruktif maka dapat berekses sebagai pembelajaran yang buruk bagi para pembaca yang tidak kritis.

Kedua, prinsip yang paling esensial mengapa cara berkomentar semisal di atas itu tidak patut dilakukan adalah karena komentar yang demikian sebenarnya merupakan sebuah sesat pikir (logical fallacy). Sesat pikir yang dimaksud adalah poisoning the well fallacyPoisoning the well fallacy adalah sebuah sesat pikir yang terjadi ketika seseorang memberi asosiasi negatif atau klaim negatif terhadap pribadi maupun argumen lawan diskusi tanpa membahas argumennya sama sekali. Asumsinya adalah bahwa asosiasi negatif itu merupakan bukti bahwa argumen lawan diskusi salah dan tidak perlu dibahas (mengenai sesat pikir ini, baca di sini).

Di atas saya menyatakan bahwa siapa saja berhak melontarkan klaim apa pun. Tetapi perlu diingatkan bahwa klaim tanpa argumentasi sebenarnya tidak bernilai tanggap. Bila Anda berjumpa dengan orang gila di jalanan lalu ia menunjuk ke arah Anda sambil berkata: “Kamu kucing”. Ini pun adalah sebuah klaim. Tetapi karena tanpa argumentasi, yang salah satu sebabnya adalah ketidakwarasannya, maka Anda hanya akan membuang energi bahkan saya meragukan kewarasan Anda bila Anda ngotot menanggapi klaim tersebut.

Anda silakan tidak setuju. Tetapi bila Anda tidak setuju, fokus ketidaksetujuan Anda haruslah kedua premis di atas (dan mungkin juga ada premis lain yang belum saya identifikasi).

Anda mungkin tidak suka penggunaan kata “jangan” pada judul di atas. Silakan tidak suka tetapi sesat pikir adalah sesuatu yang memang harus tidak dilakukan dan saya tidak punya pilihan kata yang lebih baik dari kata “jangan” untuk menggemakan hal ini.

Dua catatan tambahan:

1. Sekadar menyatakan bahwa tulisan seseorang merupakan ekspresi “tidak suka” tanpa memperlihatkan indikasi-indikasi dari tulisannya bahwa memang motif tersebut esensial untuk disebutkan, merupakan sesat pikir (appeal to motive fallacy).

2. Setelah semata-mata melontarkan klaim negatif lalu meminta lawan diskusi untuk membuktikan sebaliknya, juga merupakan sesat pikir. Mis. Anda menuduh penulis tidak menguasai tulisannya. Lalu Anda mengajukan pertanyaan: Anda menguasai tulisan ini atau tidak? Ini adalah sesat pikir bernama shifting the burden of proof fallacy. Beban pembuktian itu ada pada pihak yang melontarkan klaim, bukan pihak yang kepadanya sebuah klaim itu ditujukan. Bila Anda menuduh penulis tidak menguasai tulisannya, silakan kemukakan argumen Anda yang membuktikan klaim Anda. Anda tidak dibenarkan mendapatkan konfirmasi itu melalui pertanyaan kepada penulis demi membuktikan klaim Anda sendiri.

Akhirnya, tolong jangan menuduh saya “tidak suka” dengan klaim Anda atau “membenci” iman Anda. Melakukan demikian berarti Anda melakukan sesat pikir yang sudah saya sebutkan soal motif di atas. Silakan perhatikan argumen-argumen yang mendasari identifikasi saya terhadap sejumlah sesat pikir di atas.

Semoga bermanfaat dan selamat melanjutkan diskusi dalam suasana kondusif dan edukatif.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © The story - liuzh cules - Powered by Blogger - Designed by liuzh cules -